Minggu, 22 Januari 2012

penyakit menularnya

Penyakit Menular dari Satwa Liar

Oleh: Drh. Luki Kusuma Wardhani




Daftar Isi


Hepatitis

Di seluruh dunia diperkirakan 2 milyar manusia telah terinfeksi penyakit hepatitis. Dua juta orang meninggal tiap tahunnya atau tiap menitnya ada 4 orang meninggal akibat kasus penyakit tersebut. Kecepatan penularan penyakit hepatitis 4 kali lebih cepat dari penyakit HIV. Penularan penularan penyakit hepatitis ini melalui aliran darah, plasenta bayi bagi ibu yang mengandung serta cairan tubuh seperti sperma, vagina, dan air liur.
Orang yang terkena hepatitis, hatinya akan rusak. Perutnya tampak membesar, muntah, diare dan kulit berwarna kekuningan. Fungsi hati yang menyaring racun telah hancur oleh virus ini, akibatnya kematian mengancam penderita hepatitis.
Satwa primata (bangsa kera dan monyet) dapat menularkan penyakit hepatitis melalui gigitan atau cakaran. Hati-hati memelihara primata, karena barangkali primata itu terinveksi hepatitis dan sekali dia menggigit anda maka anda berisiko tertular hepatitis.

Tuberculosa (TBC)

TBC adalah penyakit yang menyebabkan kematian terbesar kedua di Indonesia. Gejala yang ditimbulkan antara lain gangguan pernafasan seperti sesak nafas, batuk sampai berdarah, badan tampak kurus kering dan lemah. Penularan penyakit ini sangat cepat karena ditularkan melalui saluran pernafasan.
Selain manusia satwapun dapat terinfeksi dan menularkan penyakit TBC melalui kotorannya. Jika kotoran satwa yang terinveksi itu terhirup oleh manusia maka membuka peluang manusia akan terinveksi juga penyakit TBC. Penyakit Tuberculosis bersifat menahun atau berjalan kronis, sehingga gejala klinisnya baru muncul jika sudah parah.
Satwa yang punya potensi besar menularkan penyakit TBC ke manusia adalah primata, misalnya orangutan, owa dan siamang.

Rabies

Penyakit mematikan yang disebabkan oleh virus ini dikenal juga sebagai penyakit anjing gila. Penyakit yang menyerang susunan syaraf pusat ini dapat ditularkan ke manusia lewat gigitan satwa. Kasus gigitan hewan penyebar rabies adalah anjing (90%), kucing (3%), kera (3%) dan satwa lain (1%).
Gejala yang ditimbulkan bila terinfeksi rabies pertama-tama adalah tingkah laku yang abnormal dan sangat sensitif (mudah marah), kelumpuhan dan kekejangan pada anggota gerak. Penderita akan mati karena kesulitan untuk bernafas dan menelan dalam kurun waktu 2-10 hari.

Cacing

Cacingan sering dianggap penyakit yang ringan, padahal penyebab kematian terbesar satwa dipelihara oleh manusia dalam kondisi buruk adalah penyakit ini. Stress dapat meningkatkan jumlah infeksi cacing dalam tubuh. Dengan ukuran yang sangat kecilyaitu 0,01-0,1 mm, sangat memudah bagi parasit menular ke semua satwa termasuk manusia.
Diare, badan kurus, kekurangan cairan (dehidrasi), anemia serta badan lemas merupakan gejala awal yang ditimbulkan oleh adanya infeksi cacing. Kejang-kejang pada seluruh anggota gerak, perut membesar dan keras akibat adanya timbunan gas (kembung) merupakan tanda bahwa racun telah menyebar ke seluruh tubuh. Bila tidak segera diobati maka kematian akan menjemput penderitanya.
Hampir semua satwa yang berpotensi menularkan penyakit cacingan, misalnya primata, musang, kucing, burung nuri, kakatua, dan lain-lain.

Toxoplasmosis

Penyakit ini ditakuti oleh kaum wanita karena menyebabkan kemandulan atau selalu keguguran bila mengandung. Bayi yang lahir dengan kondisi cacatpun juga dapat di sebabkan oleh penyakit ini.
Penyakit Toxoplasmosis disebarkan oleh satwa bangsa kucing, misalnya kucing hutan, harimau atau juga kucing rumahan. Penularan kepada manusia melalui empat cara yaitu: secara tidak sengaja menelan makanan atau minuman yang telah tercemar Toxoplasama, memakan makanan yang berasal dari daging yang mengandung parasit Toxopalsma dan tidak dimasak secara sempurna/setengah matang. Penularan lain adalah infeksi penyakit yang ditularkan melalui placenta bayi dalam kandungan bagi ibu yang mengandung. Cara penularan terakhir adalah melalui transfusi darah.

Psitacosis

Walaupun belum ada laporan tentang kasus penyakit Psittacosis yang diderita oleh manusia tetapi penyakit yang disebarkan oleh burung paruh bengkok (nuri dan kakatua) ini dapat menyebabkan gangguan pernafasan. Penularannya bisa lewat kotoran burung yang kemudian terhirup oleh manusia.
Gejala klinik yang ditimbulkan antara lain adalah gangguan pernafasan mulai dari sesak nafas sampai peradangan pada saluran pernafasan, diare, tremor serta kelemahan pada anggota gerak. Kondisi akan semakin parah bila penderita dalam kondisi stress dan makanan yang kekurangan gizi.

Salmonellosis

Bakteri Salmonella masuk ke tubuh penderita melalui makanan atau minuman yang tercemar bakteri ini. Akibat yang ditimbulkan bila terinfeksi bakteri Salmonella adalah peradangan pada saluran pencernaan sampai rusaknya dinding usus. Akibatnya penderita akan mengalami diare, sari makanan yang masuk dalam tubuh tidak dapat terserap dengan baik sehingga penderita akan tampak lemah dan kurus. Racun yang dihasilkan oleh bakteri Salmonella menyebabkan kerusakan otak, organ reproduksi wanita bahkan yang sedang hamilpun dapat mengalami keguguran.
Satwa yang bisa menularkan penyakit salmonella ini antara lain primata, iguana, ular, dan burung.

Leptospirosis

Penyakit yang disebabkan oleh sejenis kuman ini menyerang semua jenis satwa termasuk manusia. Organ tubuh yang paling disukai oleh kuman ini tumbuh subur adalah ginjal dan organ reproduksi. Penularan penyakit berawal dari adanya luka yang terbuka dan terkontaminasi dengan air kencing atau cairan dari organ reproduksi. Bakan makanan atau minuman yang tercemarpun dapat menyebakan infeksi masuk dalam tubuh.
Gejala yang mudah diamati bila terinfeksi penyakit ini adalah air kencing berubah menjadi merah karena ginjal penderita mengalami perdarahan. Selain itu kepala akan mengalami sakit yang luar biasa, depresi, badan lemah bahkan wanita hamil juga akan mengalami keguguran. Sampai saat ini belum ada vaksin Leptospira untuk manusia, yang tersedia hanya untuk satwa. Satwa yang bisa menularkan penyakit mengerikan ini adalah anjing, kucing, harimau, tikus, musang, jelarang dan tupai.

Herpes

Adanya pelepuhan kulit di seluruh tubuh merupakan gejala awal yang ditimbulkan bila terinfeksi virus herpes. Virus ini bisa berakibat kematian bagi bangsa primata. Manusia dapat tertular dari gigitan atau cakaran satwa yang mengandung virus tersebut. Penderita penyakit ini akan mengalami dehidrasi akibat pelepuhan kulit dan akhirnya kematian akan menjemputnya. Hati-hati jika memelihara primata seperti monyet, lutung, owa, siamang, orangutan, dan lain-lain. Bisa jadi primata yang anda pelihara itu ternyata menderita herpes!.

http://www.profauna.org/content/id/9_penyakit_menular_dari_satwa_liar.html

Penyakit Menular dan Tidak Menular

Penyakit Menular dan Tidak Menular

Dewasa ini tingkat angka kematian baik di Indonesia maupun di dunia secara globalnya relatif meningkat pertahunnya, hal ini baik disebabkan kecelakaan, proses penuaan yang menyebabkan kelamahan fungsi organ tubuh ataupun karena menderita berbagai macam penyakit. Kita mengenal berbagai macam nama penyakit dan istilahnya baik itu penyakit menular maupun penyakit tidak menular.

Penyakit menular yang juga dikenal sebagai penyakit infeksi dalam istilah medis adalah sebuah penyakit yang disebabkan oleh sebuah agen biologi (seperti virus, bakteria atau parasit), bukan disebabkan faktor fisik (seperti luka bakar dan trauma benturan) atau kimia (seperti keracunan) yang mana bisa ditularkan atau menular kepada orang lain melalui media tertentu seperti udara (TBC, Infulenza dll), tempat makan dan minum yang kurang bersih pencuciannya (Hepatitis, Typhoid/Types dll), Jarum suntik dan transfusi darah (HIV Aids, Hepatitis dll).

Adapun penyakit yang tidak menular adalah penyakit yang diderita pasien yang pada umumnya disebakan bawaan/keturunan, kecacatan akibat kesalahan proses kelahiran, dampak dari berbagai penggunaan obat atau konsumsi makanan serta minuman termasuk merokok, kondisi stress yang mengakibatkan gangguan kejiwaan. Lebih lanjut akan kita bahas satu persatu berbagai macam penyakit baik itu yang menular ataupun penyakit tidak menular yang kerap diderita manusia, termasuk gajala dan proses penanganan atau pengobatannya baik dari obat-obatan medis (kimia) maupun obat-obatan tradisional.


http://www.infopenyakit.com/2007/12/penyakit-menular-dan-tidak-menular.html

Senin, 16 Januari 2012

Penyakit Menular

BAB II
PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR



A.      Pendahuluan

         
          Wabah atau kejadian luar biasa (KLB) masih sering terjadi di Indonesia. Kejadian in mempunyai makna sosial atau politik tersendiri,  karena peristiwanya sering sangat mendadak, mengenai banyak orang, dan dapat menimbulkan kematian yang tinggi. Pengambilan keputusan yang cepat dan tepat sangat dibutuhkan dalam menanggulangi  wabah atau KLB.  Karena itu dibutuhkan satu cara tersendiri dalam catatan dan laporan sehingga keputusan dan tindakan dapat segera diambil.
          Wabah penyakit menular adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka.
          Kejadian luar biasa dalah kejadian kesakitan / kematian dan atau meningkatnya suatu kejadian, kesakitan / kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu kelompok penduduk dalam kurun waktu tertentu.

Kriteria KLB :
          Suatu kejadian penyakit atau keracunan dapat dikatakan KLB apabila memenuhi  criteria sebagai berikut :
1.      Timbulnya suatu penyakit menular yang sebelumnya tidak ada / tidak dikenal.

2.      Peningkatan kejadian penyakit / kematian terus menerus selama tiga kurun waktu berturut – turut menurut jenis penyakitnya.

3.      Peningkatan kejadian penyakit / kematian dua kali atau lebih dibandingkan dengan periode sebelumnya.
4.      Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikan dua kali lipat atau lebih dibanding dengan angka rata – rata perbulan dalam tahun sebelumnya.

5.      Angka rata – rata perbulan selama satu tahun menunjukkan kenaikan dua kali lipat atau lebih dibanding dengan angka rata – rata perbulan dari tahun sebelumnya.

6.      Beberapa penyakit khu sus, yaitu  Cholera, DHF / DSS :
-     Setiap peningkatan kasus dari periode sebelumnya (pada daerah endemis)

-     Terdapat satu atau lebih penderita baru dimana pada periode 4 minggu sebelumnya  daerah tersebut dinyatakan  bebas dari penyakit yang bersangkutan.

7.      Beberapa penyakit yang dialami satu atau lebih penderita, seperti keracunan makanan d+an keracunan pestisida.

 

B.      Pembagian Penyakit Menular


          Dilihat dari sifat gejala serta sifat penyebarannya, penyakit menular dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu :
1.  Penyakit yang bersifat kronis endemis
2.  Penyakit yang bersifat akut epidemis

1.       Penyakit kronis endemis
Adalah penyakit menular yang gejala – gejalanya datang secara pelan – pelan, demikian frekwensinya dalam masyarakat relatif tetap dalam waktu yang lama. Yang termasuk kedalam golongan ini adalah malaria, TBC, kusta, trachoma, dysentri, gonorrhoe, syphilis. Penyakit – penyakit tersebut masih banyak terdapat di kalangan masyarakat Indonesia.

2.       Penyakit akut epidemis
Adalah penyakit menular yang gejala –gejalanya datang secara mendadak dan keras, juga penyebarannya berlangsung dengan cepat, seringkali berupa wabah (epidemi). Beberapa penyakit dari golongan ini termasuk yang disebut penyakit wabah.

 


C.      Pengertian Wabah Menurut UU No.4/1984


          Menurut UU No. 6 / 1962 yang diperbaharui dengan UU No.4 / 1984 tentang wabah penyakit menular, yang termasuk  penyakit wabah adalah :

1.       Penyakit Karantina, yang terdiri dari :
a.       Pes (Plague)
b.      Kolera (Cholera)
c.       cacar (Smallpox)
d.      Demam Kuning (Yellow Fever)
e.       Demam Balik – Balik (Relapsing Fever)
f.       Typhus Bercak Wabahi (Typhus Exanthematicus Epidemika)

2.       Penyakit Non Karantina :
a.       Typhus Perut (Typhus Abdominalis)
b.      Para Typhus A, B dan C
c.       Dysentri Basili (Dysenteria  Bacillaris)
d.      Radang Hati Menular (Hepatitis Infectiosa)
e.       Para Cholera Eltor
f.       Diphteria
g.      Kejang Tengkuk  (Meningitis Cerebrospinalis  Epidemica)
h.      Lumpuh Kanak – Kanak (Poliomyelitis Anterior Acuta)



3.       Penyakit – Penyakit Lain Yang Ditetapkan Oleh Menteri Kesehatan, seperti Morbili, Varicella, Rabies dan Anthrax.

          Penyakit Karantina adalah penyakit menular yang sesuai dengan International sanitary Regulation (ISR) dari WHO, yang pencegahan dan pemberantasannya dilaksanakan secara internasional.
          Karantina artinya pembatasan kebebasan / penahanan seseorang yang diduga telah mendapat penularan suatu penyakit Karantina selama masa inkubasi dari penyakit karantina yang diduga. Bila selama dalam penahanan itu ia benar – benar menderita penyakit karantina yang diduga, ia akan diisolasakan,  dan bila setelah masa inkubasi tersebut ia tetap sehat, ia akan dibebaskan.
          Panjangnya masa inkubasi bagi masing – masing penyakit karantina sesuai ketentuan dari ISR adalah :
·         Pes                                   :  6 hari
·         Kolera                              : 5 hari
·         Cacar                                : 14 hari
·         Demam Kuning               : 6 hari
·         Demam Balik – Balik :    8 hari
·         Typhus Bercak Wabahi    : 14 hari

          Dalam rangka pencegahan dan pemberantasan penyakit karantina, ISR juga memuat kententuan – ketentuan yang diwajibkan semua negara yang menjadi anggota WHO untuk :

1.      Melaksanakan upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit karantina di negara masing – masing.

2.      Melaksanakan tindakan karantina, yaitu tindakan – tindakan yang dilakukan untuk menolak masuknya dan mencegah keluarnya penyakit – penyakit karantina melalui segala alat perhubungan lalu lintas, misalnya kapal laut, pesawat udara, kereta api, bus dan lain – lain.

          Untuk melaksanakan ketentuan tersebut, di Indonesia telah dikeluarkan 2 undang – undang yaitu :
1.      Undang – Undang RI No. 1 / 1962, tentang karantina laut.
2.      Undang – Undang RI. No. 2 / 1962, tentang karantina udara.

          Dalam kedua UU tersebut terdapat pasal yang mewajibkan baik nahkoda maupun pilot, untuk melaporkan kepada Kepala Unit Kesehatan yang terdekat dalam waktu secepatnya,apabila mereka mengetahui adanya penderita atau tersangka penderita penyakit karantina di kapal / pesawatnya.
          UU wabah (UU NO. 4 / 1984) juga memuat ketentuan yang menyatakan, bahwa barang siapa yang mengetahui adanya penderita atau tersangka penderita penyakit wabah, wajib melaporkan kepada Kepala Desa atau Lurah dan atau Kepala Unit Kesehatan terdekat dalam waktu secepatnya.
          Dari ketentuan yang tercantum dalam undang – undang inilah maka penyakit – penyakit yang termasuk  dalam Kelompok Penyakit Wabah itu disebut juga Notifiable Disease ( penyakit yang wajib dilaporkan ).

D.      Beberapa Istilah Yang Berkaitan Dengan Penyakit            Menular


1.             Sporadik, adalah suatu keadaan dimana suatu penyakit menular yang ada disuatu wilayah tertentu frekuensinya relatif berubah – ubah menurut perubahan waktu.

2.              Endemi, adalah suatu keadaan dimana suatu penyakit menular yang ada disuatu wilayah tertentu frekuensinya  relatif tetap dalam waktu yang lama.


3.              Epidemi (Wabah), adalah kejadian dimana suatu penyakit menular frekuensinya sangat meningkat sehingga dalam waktu yang singkat meliputi suatu wilayah tertentu dan dapat menimbulkan malapetaka.

4.              Pandemi, adalah  keadaan dimana suatu penyakit menular frekuensinya  menunjukkan peningkatan yang amat tinggi, sehingga dalam waktu singkat meliputi banyak negara.

 

E.      Penyakit Menular Yang Dilaporkan


          Penyakit – penyakit menular yang dilaporkan adalah penyakit – penyakit yang memerlukan kewaspadaan ketat, yaitu penyakit – penyakit wabah atau yang berpotensi wabah atau yang dapat menimbulkan kejadian luar biasa (KLB).

Penyakit – penyakit menular  dikelompokkan sebagai berikut :

1.              Penyakit karantina atau penyakit wabah penting, antara lain Pes, Cholera dan Tetanus

2.              Penyakit potensi wabah /  KLB  yang menjalar dalam waktu cepat atau mempunyai mortalitas tinggi, dan penyakit yang telah masuk program eradikasi / eliminasi dan memerlukan tindakan segera. Contohnya DHF, diare, campak, pertusis, rabies dan poliomyelitis.

3.              Penyakit – penyakit potensial wabah / KLB lainnya dan beberapa penyakit penting  seperti malaria, frambusia, influenza, anthrax, hepatits, typhus abdominalis, meningitis, keracunan, encephalitis dan tetanus.

4.              Penyakit – penyakit menular yang tidak berpotensi menimbulkan  wabah dan atau  KLB, tetapi diprogramkan ditingkat kecamatan dilaporkan secara bulanan melalui puskesmas,, kabupaten dan seterusnya secara berjenjang sampai ke tingkat pusat. Penyakit – penyakit tersebut meliputi cacing, lepra, tuberculosa, syphilis, gonorhoe, filariasis dan AIDS.


F.      Kegiatan – Kegiatan Dalam Pemberantasan Penyakit Menular

          Kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka pemberantasan penmyakit menular baik yang termasuk golongan penyakit wabah maupun tidak dapat dibedakan atas tiga macam, yaitu :

1.          Kegiatan yang ditujukan untuk pencegahan :
a.       Upaya menemukan kasus ( case finding ), baik secara aktif maupun pasif.
b.      Melaksanakan imbunisasi untuk penyakit – penyakit menular tertentu.
c.       Upaya pemberantasan vector termasuk tikus,
d.      Upaya perbaikan kesehatan lingkungan : pembuangan faeces, sampah danlimbah serta penyediaan air bersih.
e.       Pemberian penyuluhan kesehatan kepada masyarakat.

2.          Kegiatan yang ditujukan untuk penderita ( case holding ) :
a.       Isolasi penderita : diangkut dan dirawat ditempat perawatan khusus  ( di puskesmas atau rumah sakit )
b.      Upaya pengobatan penderita semenjak dini.
c.       Desinfeksi atau pemusnahan produk penderita dan barang – barang yang dapat menjadi sarana penularan.
d.      Mengambil dan mengirim bahan / sample untuk diperiksa di laboratorium.
e.       Penangan khusus terhadap jenazah akibat wabah ( perawatan, pengangkutan dan pemakamannya )
f.       Melaksanakan penyelidikan epidemiologis ( asal / sumber infeksi, cara dan luasnya penularan dan sebagainya )
g.      Upaya surveillance, yaitu pengamatan dalam rangka nemenukan mengobati penderita baru, kontak person dan carrier.
h.      Upaya karantina jika kasusnya termasuk penyakit karantina.

3.             Kegiatan Pencatatan dan Pelaporan
a.       Mencatat semua kasus penyakit menular yang terjadi.
b.      Menyusun dan mengirimkan laporan kepada instansi atasannya. Dalam kasus penyakit wabah, laporan     berbentuk : 
(1)           Laporan berkala mingguan
(2)           Laporan berkala bulanan
(3)           Laporan khusus apabila ada kejadian luar biasa atau wabah
(4)           Laporan khusus apabila ada kematian akibat penyakit wabah
c.       Menyajikan hasil kerja yang telah dicapa dalam bentuk grafik untuk memudahkan pemantauan.


G.     Penyebab Penyakit dan Penanggulangannya

1.       Kolera ( Cholera )
          Kolera termasuk kedalam penyakit karantina.

Penyebab               :

Cholera asiatica oleh Vibrio cholera               (= Vibrio comma)  sedangkan Paracholera eltor oleh Vibrio eltor

Masa inkubasi       :

Beberapa jam sampai 5 hari. Menurut undang – undang karantina ditetapkan             5 hari.

Cara penularan      :
Melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi oleh bibit penyakit (faecal oral infection )

Gejala – gejalanya :
Gejala kolera datang secara mendadak, berupa muntah – muntah dan berak – berak (diare) yang sangat sering. Biasanya gejala muntah – muntah datangnya lebih belakangan darai pada diare. Faecesnya cair keputihan dengan sedikit lendir yang mengambang (seperti air cucian beras).

      Karena muntah dan diare yang amat sering, penderita akan banyak kehilangan cairan dan  elektrolit, yang dapat menyebabkan kematian  dalam waktu 12 jam dari penularan penyakitnya. Besarnya angka kematian  5 % - 75 %.
Bekas penderita akan kebal terhadap kolera untuk beberapa tahun. Dari vaksinasi akan diperoleh kekebalan selama kurang lebih 6 bulan.
Faeces penderita masih mengandung bibit penyakit kolera selama 7 – 14 hari setelah sembuh dari sakit. Bekas penderita dapat menjadi carrier yangs angat berbahay bagi orang lain. Kolrea terdapat endemis di India

Kolrea di Indonesia
          Penyakit kolera timbul akibat kesehatan lingkungan yang buruk seperti pembuangan faeces, sampah dan limbah yang tidak memenuhi syarat kesehatan. Karena penyakit ini akan hilang dengan sendirinya  apabila hygiene dan sanitasi lingkungan diperbaiki, seperti ayng terjadi di negara – negara yang sudah maju. Usaha pencegahan dengan vaksinasi saja dianggap kurang memenuhi  sasaran.

Pencegahan dan pemberantasan :
(a)        Menemukan penderita secara dini dan melaporkan secepat – cepatnya .
(b)       Isolasi penderita serta  desinfeksi dan atau pemusnahan benda – benda yang dapat menjadi sarana penularan.
(c)        Mengobati penderita secara dini sampai sembuh benar.
(d)       Penyelidikan epidemiologi dilapangan.
(e)        Surveillance untuk menemukan penderita baru dan carrier, untuk diobati sampai sembuh.
(f)        Perbaikan hygiene dan sanitasi lingkungan yang meliputi :
-          Penyediaan air bersih yang baik
-          Perbaikan system pembuangan faeces, sampah dan limbah.
-          Pengawasan pembuatan dan peredaran makanan dan minuman,pasar, rumah makan, rumah potong ternak,perusahaan susu dan lain – lain.
-          Upaya pemberantasan lalat.
(g)       Upaya penyuluhan kesehatan kepada masyarakat.
(h)       Pemberian vaksin kolera jika dipandang perlu.



2.       Malaria

Penyebab               :

Plasmodium sp. Dikenal ada 4 spesies, yaitu
1.      Plasmodium falciparum, penyebab 
      malaria tropika
2.      Plsamodium vivax, penyebab malaria
      tertiana
3.      Plasmodium malariae, penyebab malaria
      quartana
4.      Plasmodium ovale, penyebab malaria 
      ovale

Masa inkubasi       :

Antara 12 hari sampai dengan 30 hari

Cara penularan      :
Dengan perantaraan gigitan nyamuk anopheles sp. Betina, dan di Indonesia dikenal ada lebih kurang 93 spesies Anopheles yang merupakan vektor malaria dan yang terpenting diantaranya adalah :
1.      Di pantai / laut : Anopheles sundaicus
2.      Di sawah : Anopheles aconicus
3.      Di pegunungan : Anopheles maculates
4.      Di hutan : Anopheles  leucosphyrus
5.      Di rawa – rawa : Anopheles hyrcanus

Gejala – gejalanya :
Penderita merasa sakit kepala, lesu diikuti demam tinggi, seringkali disertai mengigau dan menggigil diakhiri dengan berkeringat banyak. Plasmodium dapat pula menyerang otak, yang menyebabkan malaria cerebralis dengan gejala – gejala radang otak yang lainnya.


Malaria di Indonesia :
          Masih merupakan penyakit rakyat nomor satu di Indonesia dan tersebar luas diseluruh kepulauan Indonesia. Malaria ini akan menyebabkan :
§ Daya tahan tubuh rendah dan mudah diserang penyakit lain
§ Daya kerja menurun sehingga produktivitas menurun
§ Negara banyak kehilangan jam kerja dan dapat menghambat kepariwisataan.

Usaha pencegahan dan pemberantasan :
(a)                Manusia sebagai tuan rumah (host), maka pencapaian dan pemberantasannya dengan jalan pendidikan kesehatan dan pengobatan sampai sembuh.
(b)               Plasmodium sebagai penyebab penyakit, maka pencegahan dan pemberantasannya dengan menggunakan obat anti malaria seperti  Quinine, Nivaquine, Primaquine dan sebagainya.
(c)                Anopheles sebagai vector, maka perlu diusahakan pembasmian terhadap bentuk larvanya dengan memelihara ikan pemakan jentik dan terhadap nyamuk sebagai bentuk imagonya dengan menggunakan insektisida.


3.       Tuberculosis
Penyebab               :

BasilMycobacterium tuberculosis (yang ditemukan oleh Robert Koch pada tahun 1882).

Masa inkubasi       :

Antara 4 – 6 minggu

Cara penularan      :
1.      Melalui pernapasan dengan ludah penderota yang dibuang sembarang tempat dan debu yang mengandung basil TBC.
2.      Melalui susu sapi yang diminum tanpa dipasteurisasi terlebih dahulu ( untuk TBC bovinum )

Gejala – gejalanya :
TBC adalah penyakit kronis. Sering kali dimulai dengan gejala yang ringan seperti badab lesu, suhu badan naik sedikit bahkan ada yang tidak menunjukkan gejala sama sekali.
Bila penyakit semakin berat maka penderita akan semakin kurus, pucat, tubuh sangat lemah dan batuk darah.
Kecuali paru – paru, TBC dapat pula menyerang organ – organ badan yang lain seperti otak, usus, tulang, limpa dan alat kandungan. Jika menyerang otak, TBC menimbulkan gejala seperti pada penyakit radang otak lainnya. Pada bayi dan anak – anak dapat menyebabkan infeksi milier (military tuberculosis)

Pemberantasan penyakit :
          Di Indonesia penyakit TBC tersebar tidak hanya di kota – kota saja tetapi juga sudah menyebar  hingga ke pedesaan. Umumnya menyerang masyarakat golongan sosial - ekonomi rendah seperti lingkungan perumahan yang berdesakan (over crowded ), lembab, status gizi yang rendah, hidu tidak teratur dan sebagainya.
          Basil Mycobacterium tuberculosis yang berjuta – juta banyaknya yang berasal dari ludah dan dahak penbderita mengering, akan bercampur debu dan tersebar kemana – mana seperti di kendaraan umu, bioskop, pasar dan lain - lain, apabila terhirup oleh orang yang sehat akan menambah jumlah penderita penyakit TBC. Di Indonesia penderita TBC masih cukup banyak.

Pencegahannya :
(a)        Pemberian vaksin BCG bagi bayi dan anak – anak.
(b)       Pasteurisasi susu sapi sebelum diminum
(c)        Memperkuat daya tahan tubuh dengan gizi yang baik, istirahat cukup, olah raga cukup dan sebagainya.
(d)       Meningkatkan keadaan sosial ekonomi masyarakat sehingga rumah dan lingkungan memenuhi syarat kesehatan.
(e)        Penyuluhan kesehatan kepada masyarakat, khususnya   agar tidak biasa meludah disembarang tempat.


4.       Framboesia (patek = puru = jaws)

Penyebab               :

Troponema partenue (golongan Spirochaeta)

Masa inkubasi       :

Antara 3 minggu sampai 6 bulan
Cara penularan      :
Melalui kontak langsung dengan penderita atau secara tidak langsung melalui pakaian atau dengan perantaraan lalat.

Gejala – gejalanya :
Pada masa inkubasi penderita merasa lesu, tidak enak badan, demam.
Dalam stadium erupsi (masa awal gejala) timbul rasa nyeri tulang dan sendi terutama di malam hari,resa tak enak dan nyeri di tempat timbulnya erupsi


          Bibit penyakit yang telah masuk akan menyebabkan timbulnya luka yang sukar sembuh di tempat masuknya bibit penyakit pada kulit. Kemudian luka akan membentuk ulcus (tukak), bentuk papiloma (tonjolan) atau kombinasi menyerupai buah framboesia.
          Luka permukaan disebut induk paru ( babon patek = Yaws = initial lesion ). Setelah 2 bulan kemudian akan timbul tonjolan yang banyak tersebar diseluruh permukaan tubuh terutama di sekitar lubang - lubang badan seperti mulut, hidung, anus, lipatan paha. Suatu ketika tonjolan akan menghilang, tetapi penyakit yang sebenarnya akan tetap berlangsung beberapa bulan sampai beberapa tahun.
            Kemudian dilanjutkan dengan timbulnya tonjolan dan gejala lainnya selama 2 atau 3 bulan dan akan menghilang lagi. Masa silih berganti antara latent dan kumat dapat berlangsung selama 5 tahun yang disebut stadium early ( awal ) dan kemudian setelah itu masuk ke stadium late ( lanjut ) dengan gejala - gejala cuma ( jaringan meradang ) dikulit dan tulang, luka - luka besar yang telah sembuh meninggalkan jaringan pacut yang nyata dan luas, radang sendi dan tulang yang terasa nyeri.
            Pada stadium late bila mengenai tulang hidung akan menyebabkan hilangnya sekat rongga hidung sehingga hidung akan nampak pesek.
            Bila kerusakkan parah akan menyebabkan langit - langit hilang dan hidung tinggal satu lubang yang besar dan disebut Himopharingitis Mutilans.

Cara pencegahan dan pemberantasannya :
a.      Menghindari kontak langsung dengan penderita dan menjaga kebersihan.
b.     Pemberantasan dengan jalan penyembuhan semua penderita, pencarian penderita framboesia yang ada di masyarakat.

5.       Penyakit Kelamin (veneral diseases)

Pendahuluan
          Penyakit kelamin terdapat banyak di negara manapun juga, baik di negara yang sedang berkembang maupun di negara yang sudah maju disegala pelosok dan lapisan masyarakat.
          Penyakit ini harus diberantas menurut garis - garis epidemiologis dan karena berhubungan dengan masalah sosial maka pencegahan dan pemberantasannya harus ada kerja sama antara berbagai instansi seperti pendidikan, kesehatan, sosial, agama dan kepolisian.
          Jumlah penderita penyakit kelamin akhir - akhir ini menunjukkan jumlah yang meningkat dan hal ini disebabkan oleh :
a.          Kurang pengertian / kesadaran masyarakat akan bahaya penyakit kelamin ini baik bagi dirinya sendiri maupun bagi keluarga dan masyarakat lainnya.
b.         Meningkatkan pergaulan bebas antara pria dan wanita dikalangan muda - mudi khususnya dan masyarakat umumnya yang meninggalkan norma agama dan susila.

Penyakit - penyakit kelamin yang perlu diketahui adalah :
(a)        Gonorrhoe yang disebabkan oleh Neisseria gonorrhoe
(b)       Syphillis ( lues ) disebabkan oleh Treponema palidum
(c)        Ulcus mole disebabkan oleh Hemophilus ducreyl
(d)       Lymphogranuloma venerum disebabkan oleh virus Lymphogranuloma venerum
(e)        Granula inguinalis disebabkan oleh Donovania granulomatis

Cara penularan
          Penularan melalui kontak langsung dengan penderita ( Hubungan kelamin ) ataupun hubungan tak langsung melalui benda - benda terkontaminasi

Usaha pencegahan dan pemberantasannya
(a)        Usaha yang ditujukan pada penderita dengan pengobatan sampai sembuh dan untuk ini perlu mencari adanya panderita dalam masyarakat dan dengan siapa saja ia telah berhubungan intim dan telah menularkannya.
(b)       Pengawasan sumber penularan terutama dikalangan WTS,maka perlu dilokalisasi atau kalau dapat penghapusan sama sekali WTS.
(c)        Pendidikan dan penerangan kepada masyarakat mengenai bahaya penyakit kelamin ini bagi dirinya, keluarganya, dan masyarakat.


H.      Beberapa Jenis parasit dan Penyakit Yang Ditimbulkannya


1.        Cacing Gelang ( Ascaris Lumbricoides )

            Penderita cacing ascaris banyak ditemukan pada anak - anak yang mempunyai kuku panjang dan kotor.Penularan penyakit ini terjadi melalui mulut.Telur yang seringkali meempel pada jari - jari tangan atau yang sudah menempel pada makanan, terbawa ke dalam perut melalui mulut.sampai di usus dua belas jari, telur ascaris menetap menjadi larva, yang dapat menembus dindingnya kemudian terbawa aliran darah dan akhirnya sampai ke jaringan paru - paru.
            Bila hal ini sampai terjadi, maka akan timbul kelainan yang disebut Pneumenitis atau Sindroma Loefler.Kelainan ini ditandai oleh batuk - batuk kadang kadang disertai darah, gatal pada kulit yang disebut Eosinofilia artinya,bertambah butir darah eosinofil.
            Larva yang ada dalam jaringan paru - paru akan dikeluarkan melalui rongga mulut, dan dari sini larva kembali lagi ke dalam saluran pencernaan makanan.
            Di dalam saluran pencernaan, Ascaris akan mengalami pendewasaan dan hidup hingga jangka waktu yang cukup panjang selama itu pula ascaris mencuri makanan yang disediakan untuk tuan rumahnya.
            Penderita yang hanya dihuni oleh beberapa ekor ascaris biasanya tidak memperlihatkan keluhan apa - apa. Tetapi jika jumlahnya cukup banyak, penderita akan mengalami berbagai kaluhan antara lain rasa mual, rasa tidak enak pada perut, kadang - kadang timbul rasa mulas
            Seekor atau dua ekor ascaris sering keluar dari mulut si penderita bersama - sama dengan muntah, kadang - kadang ascaris juga keluar melalui dubur karena mati disebabkan umurnya sudah lanjut.
            Anak yang terlampau banyak dihuni cacing ascaris di dalam perutnya nampak kurus, pucat dan buncit pad perutnya.Kalau jumlahnya cukup banyak, sumbatan pada usus bisa terjadi pada saluran empedu saluran pankreasatau usus buntu.
            Petunjuk bahwa seseorang kejangkitan cacing ascaris,kepastiannya harus ditentukan dengan pemeriksaan tinja.
            Bila telur cacing ascaris ditemukan di dalam tinja penderita, maka dapatlah dipastikan bahwa dia sedang menderita cacingan dan pengobatan harus diberikan secepatnya.
            Pengobatan cacing ascaris cukup sederhana.Obat cacing yang dapat dipergunakan antara lain Pyrantel Pamoat atau Combantrin.Penderita cukup diberi satu kali pengobatan. Jumlah obat disesuaikan dengan berat badan penderita, tap kilogram berat badan dapat diberikan 10mg Combantrin. Pemberian dapat diberikan sebelum anak tidur.



2.        Cacing Kremi ( Enterobius Vermicularis )
           
          Cacing Kremi atau Enterobius Vermicularis biasanya berwarna putih mengkilap,berukuran pendek. Cacing betina mempunyai ukuran yang lebih panjang dibandingkan dengan cacing jantan. Ukuran cacing betina 8 - 13mm,sedangkan yang jantan ukurannya sekitar 2-3mm. Cacing Kremi tidak hanya terdapat di negara - negara yang sedang berkembang, tetapi juga banyak terdapat di negara - negara maju.Penderitanya adalah anak - anak.
            Penularan biasanya berlangsung dari jari - jari tangan, masuk ke dalam mulut, lalu turun ke saluran pencernaan \. Sesampainya di usus halus telur menetas menjadi cacing. Sebagian cacing dewasa menetap di usus besar, dan sebagian lagi menetap di usus lain. Pada waktu cacing betina hendak bertelur, maka pindah ke dubur.Gerakan - gerakan cacing di tempat tersebut mengakibatkan rasa geli dan gatal, terutama dirasakan pada malam hari. Rasa gatal ini menyebabkan dorongan si anak untuk menggaruk - garuk duburnya. Sewaktu jari menyentuh kawasan dubur banyak telur yang menempel pada jari tangan tersebut. Jari tangan yang mengandung telur cacing kremi, tanpa di cuci terlebih dahulu di pakai untuk memegang atau memasukkan makanan ke dalam mulut, sehingga terjadilah penularan oleh diri sendiri. Telur juga dapat bersembunyi di belakang kuku jari tangan yang tidak di potong. Bila ada makanan yang tersentuh olah kuku jari tersebut, maka terjadilah penularan dari seseorang penderita ke anak yang sehat melalui makanan itu.
            Pencegahan dapat di lakukan dengan tindak kebersihan, kuku yang panjang harus dipotong sependek mungkin, tangan harus di cuci dengan sabun jika hendak makan atau memegang makanan. Dubur dan daerah sekitarnya harus dijaga kebersihannya.
            Rasa gatal atau geli pada cacing kremi dapat diatasi dengan vaselin putih atau mungkin juga dengan minyak kelapa. Obat yang dapat digunakan untuk memberantas cacing kremi pada saluran pencernaan sama dengan yang digunakan untuk cacing ascaris yaitu Pyrantel Pamoat atau Combantrin.

3.        Cacing Cambuk ( Trichuris Trichina ) 
           
            Cacing ini kurang di kenal, namun sebenarnya banyak juga terdapat pada orang - orang yang tidak mengikuti kaidah - kaidah kebersihan. Cacing ini mempunyai ukuran panjang sekitar 2-3 cm dengan warna merah muda atau kelabu.
            Penularan dapat berlangsung karena telurnya terbawa dari tanah oleh tangan atau makanan yang sudah dipenuhi oleh telur tersebut. Telur cacing ini keluar dari perut manusia bersama tinja, kemudian masuk ke dalam tanah yang lembab.
            Bagian saluran pencernaan yang dihuni oleh cacing cambuk adalah usus halus bagian terakhir yang disebut Ileum Terminalis, usus buntu dan usus besar.
            Tanda gejala yang ditimbulkan, seringkali tidak jelas kecuali kalau memang penderita peka terhadap cacing tersebut. Gejala dan tanda - tandanya dapat muncul kalau jumlah cacing cambuk cukup banyak. Penderita dapat mengalami diare.
            Pada anak - anak dapat timbul benjolan usus keluar melalui dubur. Keadaan ini disebut Prolaps Rekti.
            Obat yang dapat diberikan adalah Mebendazol atao Vermox sebanyak 100mg. Selama 3 hari penderita harus menelan dua tablet @ 100mg.


4.        Cacing Tambang ( Ankylostoma Duodenale )

            Cacing tambang sering masuk ke dalam tubuh para petani atau karyawan perkebunan yang mempunyai kebiasaan bekerja tanpa alas kaki.
            Cacing ini berukuran lebih kurang 1 cm, dengan warna merah darah. Bagian cacing tambang ( mulut ) dilengkapi dengan alat cengkeram, sehingga cacing dapat melekat pada selaput lendir saluran pencernaan.
            Telur - telur ankylos keluar melalui dubur bersama tinja, kemudian masuk ke dalam tanah. Kalau tanahnya kebetulan lembab, telur akan menetas menjadi larva yang dapat masuk ke dalam tubuh manusia, setelah menembus kulit kaki. Melalui aliran darah, larva melakukan perjalanan ke seluruh tubuh hingga paru - paru.
            Pada saat larva masuk paru - paru, penderita bisa mangalami batuk kering, tetapi jarang sekali disertai darah dalam dahaknya. Dari paru - paru larva yang akan naik ke dalam rongga mulut lalu di telan kembali. Jadi cara penularan cacing ini berbeda dari cacing ascaris. Cacing tambang dapat berpindah dari seseorang kepada orang lain melalui pori - pori kaki, tidak mulut.
            Dalam rongga usus cacing tambang pada dinding usus dan menghisap darah penderita. Bila junlah cacing cukup banyak, si penderita dapat mengalami anemia ( kurang darah ).
            Kekurangan darah dapat mengakibatkan berbagai macam kerugian, antara lain pertumbuhan badan terhalang, kepandaian tidak bisa berkembang kerana penderita sering menderita sakit kepala.
            Penyakit cacing tambang dapat diatasi dengan Combantrin. Pada pengobatan cacing ini, penderita di beri 10mg Combantrin per Kg berat badan. Seseorang yang berat bedannya kurang dari 13Kg, dapat diberi tablet Combantrin @ 120mg atau 2,5cc Combantrin cair. Jumlah ini diberikan kepada si penderita sebelum tidur.
            Pada umumnya infeksi cacing tambang akan menyebabkan penyakit kekurangan darah sehingga penderita sangat dianjurkan untuk menelan tablet atau cairan yang mengandung zat besi.


5.        Cacing Pita ( Taenia Solium dan Taenia Saginata )

            Jenis cacing pita cukup banyak, ada yang berasal dari babi, ikan air tawar, ternak lainnya.
            Taenia solium banyak terdapat pada binatang ternak, sedangkan Diphilobotrium latum adalah cacing pita yang berasal dari ikan. Tubuh cacing pita ada yang panjang ada yang pendek. Bagian depannya disebut skolek, sedang selbihnya terdiri dari ruas - ruas. Ruas terakhir pada waktunya akan dilepaskan dan keluar bersama tinja.Ruas ini dipenuhi oleh telur.
            Skolek melekat erat pada dinding usus tuan rumah. Jika suatu ketika ruas - ruas badan cacing yang penuh dengan telur itu terlepas dan dikeluarkan bersama feses penderita, kemudian dimakan oleh binatang, maka dalam perut binatang pemakan tinja tersebut telur - telur akan menetas menjadi larva, kemudian mengikuti peredaran darah dan menetap jaringan, biasanya pada jaringan otot.
            Larva dalam jaringan otot akan berkembang menjadi kista yang bertahan hingga waktu yang cukup lama. Kista dapat masuk ke dalam tubuh seseorang karena makan daging binatang yang mengandung kista. Hal ini baru dapat terjadi, bila manusia makan daging yang kurang matang. Kista - kista yang ada di saluran pencernaan menetas menjadi cacing dewasa dan tinggal di tempat tersebut. Selanjutnya cacing akan hidup sebagai parasit di dalan tubuh. Cacing pita menggunakan seluruh permukaan tubuhnya untuk menghisap makanan yang ada di dalam saluran pencernaan tuan rumahnya.
            Ada kalanya, yang masuk ke dalam tubuh manusia bukan kistanya, melainkan telur - telurnya. Telur - telur menetas dalam saluran pencernaan memasuki aliran darah. Melalui aliran darah ini larva tersebar ke seluruh tubuh, antara lain di bawah kulit, otot - otot, dan mungkin ada juga yang sampai di otak.
            Tanda dan gejala penderita cacing pita tergantung dari keparahannya.Keluhan yang ditimbulkan kadang - kadang hanya ringan - ringan saja. Penderita sering menyadari bahwa dirinya tengah menderita penyakit cacing pita, karena di celana dalamnya terdapat ruas - ruas cacing tersebut. Sekiranya jumlah larva yang terdapat dalam jaringan otak cukup banyak, penderita dapat mengeluh pusing - pusing, timbul kekejangan, bahkan ada yang sampai mengalami kematian.
            Pencegahan merupakan cara terbaik untuk menghindari penyakit cacing pita. Tetapi bila penyakit itu sudah diidapnya penderita dapat menghalau cacing - cacing tersebut dengan obat yang bernama Niklisamidium atau Romosan. Obat ini diberikan kepada si penderita selagi perut kosong, sebanyak 4 tablet atau sama dengan 2 gram. Tablet harus di kunyah selembut - lembutnya. Perlu diketahui, bahwa obat ini jarang menimbulkan efek sampingan karena tidak di serap oleh saluran cerna.


6.        Trichinella Spiralis

            Kelainan yang dapat ditimbulkan oleh Trichinella Spiralis di sebut Trichinosis. Berbeda dengan penyakit - penyakit cacing yang diuraikan sebelumnya, penularan hanya dapat terjadi bila seseorang makan daging yang kurang lama di masak. Frekuensi terbesar sering terjadi pada orang yang suka makan daging babi atau masakan babi lainnya. Cacing Trichinella Spiralis hampir tidak pernah terlihat dalam tinja.
            Tanda dan gejala yang di timbulkan tergantung pada jumlah larva yang masuk ke dalam perut, kemudian masuk ke dalam aliran darah untuk selanjutnyamenetap dalam jaringan otot, tetapi sebenarnyadapat menjadi parah, bahkan ada yang sampai meninggal dunia.
            Orang yang makan daging babi yang masih agak mentah beberapa jam kemudian bisa mengalami diare dan rasa tidak enak pada perutnya. Dalam keadaan yang cukup parah, penderita memperlihatkan tanda dan gejalanya sebagai berikut : Suhu badan naik disertai tubuh menggigil, nyeri pada otot, kelpoak mata membengkok, dan kadang - kadang terjadi pembengkakkan pada tungkai.Kulit penderita sering bewarna biru lebam karena peredaran darah di bawah kulit terganggu. Sedang bagian mata yang barwarna putih kadang - kadang memperlihatkan warna merah akibat pendarahan dalam jaringan mata. Penyakit trichinosis dapat berlangsung 3 - 4 minggu.
            Pencegahan penyakit ini adalah dengan menghindari makanan yang terbuat dari daging babi. Obatnya antara lain adalah Thiabendazole.


7.        Filariasis ( Elephantiasis = Penyakit kaki gajah )

Penyebab               :

Cacing Filaria Malagi dan Filaria Bancrofti
Cara penularan      :
dengan perantaraan nyamuk Culex Fatigans

Gejala penyakit :
          Cacing Filaria sp hidup di dalam pembuluh - pembuluh dan kelenjar getah bening (jaringan limpa). Karena itu gejala penyakitnya di tandai dengan demam yang datang secara mendadak dan berulang - ulang.
          Peradangan dan penyumbatan pada saluran getah bening menyebabkan terjadinya bendungan limfe di sebelah distal (ujung) sehingga terjadi pembengkakkan di scrotum (kantung buah zakar), di tungkai kaki ( menyebabkan “kaki gajah” )
            Bendungan dipembuluh limfe dada ( Ductus throsicus ) akan menyebabkan pecahnya saluran limfe di ginjal sehingga urine mengandung limfe ( Chyluria ) dan urine tampak seperti air susu karena mengandung lemak dari limfe.

Filariasis di Indonesia :
            Filariasis banyak terdapat di Indonesia seperti di pulau Jawa, Sumatera, Timor, dll
Usaha pencegahan dan pemberantasannya :
a.   Meniadakan sumber penularan dengan mencari dan mengobati semua penderita.
b.   Pendidikan kesehatan kepada masyarakat tentang penyakit Filariasis, misalnya tentang :
·      Usaha pencegahan ( tidur memakai kelambu )
·      Perlunya mengenal gejala penyakit secara dini dan pengobatan segera.
·      Agar setiap anggota masyarakat turut aktif dalam usaha pemberantasan penyakit ini.
c.   Memberantas vektor penyakit yaitu nyamuk Culex Fatigans.


 http://www.4shared.com/office/_zkKzbKl/pemberantasan_penyakit_menular.html